Contoh
Kasus 1, OCD
Bernice berusia 46
tahun saat mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya ia menjalani terapi.
Gangguan obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu, tidak lama setelah
kematian ayahnya.
Bernice terobsesi
ketakutan mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang secara tidak jelas
dikaitkan dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak nyaman bersentuhan
dengan kayu “objek yang bergores”, surat, benda yang dikemas kaleng, dan “noda
perak” (peralatan yang berwarna perak). Ia tidak dapat menyatakan mengapa
objek-objek tersebut merupakan sumber kemungkinan kontaminasi dengan kuman.
Untuk mengurangi rasa
tidak nyaman, Bernice melakukan berbagai ritual kompulsif yang menghabiskan
hampir seluruh waktunya. Seperti mandi selama 3-4 jam dan waktu mandi ia
mengelupas lapisan luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman. Waktu
makan berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu,
mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi
pada makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara makan tersebut, ia
mengocok teko teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice untuk menghilangkan
kuman. Hal ini telah merendahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak
melakukan apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah, mengerjakan pekerjaan rumah
tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon.
Contoh
Kasus 2, OCD
Alexis berusia 24
tahun, mengikuti terapi karena mencuci tangan secara kompulsif yang mengancam
akan menghancurkan hidupnya. Dia baru saja diterima di sekolah hukum, tapi Ia
takut tidak mampu duduk diam di kelas atau belajar dengan baik karena dorongan
untuk mencuci tangan yang muncul setiap kali Ia berpikir telah menyentuh
sesuatu yang kotor. Setiap hari tampaknya ada begitu banyak benda kotor
yang disentuhnya, dan yang paling kotor biasanya berhubungan dengan toilet. Dia
berdalih hal ini karena hal yang berhubungan dengan toilet dipenuhi oleh
mikroba yang menurutnya tergolong paling najis.
Alexis tahu bahwa
memang tidak ada alasan atau sebab untuk paksaan (dorongannya) tersebut. Dia
cuci tangan untuk membersihkan dirinya dari sesuatu yang telah tercemar.
Penyebab OCD yang dialami Alexis ini diduga karena trauma basal. Tindakan
mencuci tangan yang dilakukannya berfungsi sebagai solusi palsu untuk
membersihkan apa yang seharusnya harus dibersihkan, tetapi mungkin dalam hal
ini bukan tangannya.
Langkah pertama
adalah menemukan trauma yang menyebabkan gangguan OCD ini. Akhirnya
ditemukanlah bahwa kakeknya pernah melakukan penyiksaan seksual ketika dia
berusia enam tahun dengan cara menembus dan membuat Alexis mencium bau anusnya.
Contoh Kasus 3, OCD
Lauren Walsh, wanita
berusia 21 tahun menderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). OCD menyerang
mental dengan ciri-ciri selalu berpikir berulang-ulang dan melakukan aktivitas
yang juga dilakukan berulang-ulang. Kelainan ini membuat Lauren merasa menjadi
orang yang tidak normal.
Misalnya, dia selalu
menghabiskan banyak waktu untuk mencuci tangan berjam-jam. Jika
dihitung-hitung, ia bisa menghabiskan 10 jam sehari di kamar mandi, seperti
dikutip dari DailyMirror. Lauren juga selalu merasa takut karena dia berpikir
setiap inchi tubuhnya dihinggapi bakteri, sehingga dia harus mandi lagi dalam
waktu lama untuk membersihkannya.
“Ini sampai ke titik
saat saya harus mandi lima kali sehari, masing-masing berlangsung dua jam,”
ujar Lauren.
“Rasanya, ada begitu
banyak hal, yang harus saya lakukan. Setiap menit dari bagian tubuh saya harus
dikontrol.” Penderitaan ini dialami Lauren sejak didiagnosis mengalami gangguan
OCD di usia 12 tahun. OCD yang diderita Lauren seperti menyebabkan suara di
kepalanya, yang dia sebut ‘iblis di bahu’. Kondisi ini seolah meyakinkan dia
selalu dalam keadaan kotor.
Lauren tahu itu tidak
rasional, tapi dia tidak berdaya mengendalikan dirinya. Lauren memaparkan
bagaimana OCD mengendalikan hidupnya selama bertahun-tahun. Waktu itu, ibunya
Linda merasa heran, dengan kebiasaan Lauren.
Lauren terus menerus
mencuci tangan. Tidak hanya di rumah, bahkan juga di sekolah. Penderitaan
Lauren membuat dia sulit bersosialisasi dengan teman-teman sekolah. Banyak
teman-teman sekolah yang kemudian menjuluki Lauren sebagai orang aneh dan
stres.
Di usia 10 tahun,
Lauren pernah menangis tak terkendali karena dia merasa ada sesuatu yang salah
dengan dirinya. Tapi, waktu itu tidak tau kenapa dia merasa bersalah. Barulah
ketika berusia 12 tahun, penderitaan Lauren dikenali penyebabnya. Dia
didiagnosis OCD. Saat memasuki remaja, OCD menjadi semakin melumpuhkan mental
Lauren. Kamar tidurnya penuh dengan catatan karena Lauren merasa terdorong
untuk terus menulis.
“Aku punya catatan
untuk diingat kembali ketika saya berumur 12 tahun. Orang beranggapan OCD
adalah tentang mencuci tangan sedikit lebih lama dari biasanya dan kemudian
Anda melanjutkan aktivitas seperti orang lain. Tapi, ternyata tidak.” Lauren
melanjutkan, “Keluar dari tempat tidur memakan waktu 20 menit setiap pagi
karena saya harus berbalik sampai saya berada di sudut kanan. Jika tidak merasa
benar, saya ulangi sampai hal itu benar.” Setelah itu, dia akan memastikan
tempat tidur selalu dalam keadaan sempurna tanpa ada kain yang kusut. Dia harus
mencuci sarung bantal setiap hari dan seprai setidaknya tiga kali seminggu.
“Di kamar mandi aku
menggunakan sabun yang berbeda dan lotion untuk bagian tubuh yang berbeda,
dimulai di bagian atas dan bekerja dengan cara ke bawah. Dibutuhkan waktu dua
jam setiap kali mandi,” kata Lauren. Untuk menggunakan toilet, dia harus
menyekanya dulu kemudian duduk dengan cara yang benar. Lalu, dia akan selalu
merobek lembar pertama kertas toilet karena takut telah tersentuh orang lain.
Kemudian dia akan merobek tisu sebanyak 12 lembar untuk selanjutnya dilipat
dengan cara tertentu sebelum dipakai. Untuk sekadar bangun dari toilet pun, dia
masih harus memutar sampai benar-benar merasa nyaman.
“Saya harus berjalan
lurus sempurna dan setiap langkah harus merasa benar di kaki. Jika tidak, saya
harus mulai dari awal lagi. Jadi, saya akan berada di sana selama berjam-jam.”
Kondisi Lauren, mirip seperti yang dialami Sam Hancox, yang akhirnya meninggal
akibat kasus serupa. Sam mengalami dehidrasi dan infeksi kulit karena penyakit
OCD selama 30 tahun. Penyakit ini membuat Sam selalu mandi sampai 20 jam setiap
hari karena, dia takut kuman.
“Kasus itu membuat saya marah, karena bisa saja
terjadi pada saya,” ujar Lauren yang sangat takut riwayat hidupnya akan
berakhir tragis sama seperti Sam.
Contoh Kasus 4 , OCD
Contoh Kasus 4 , OCD
Samantha Hancox, 40 tahun, warga negara Inggris,
meninggal karena ketakutan berlebihan terhadap bakteri. Selama 18 tahun
terakhir, ia hanya sekali meninggalkan rumahnya karena takut terpapar bakteri.
Dalam sehari, Hancox menghabiskan 20 jam untuk mandi dan membersihkan tubuhnya
dari bakteri. Puncak ketakutannya terjadi saat ia takut bakteri akan menyebar
melalui makanan dan minumannya. Akhirnya ia meninggal karena dehidrasi dan
infeksi kulit (akibat terlalu sering menggosok tubuh). Rasa takut bisa
berbahaya bila berlebihan.
Contoh Kasus 5, Skizoprenia
Joe adalah siswa yang
baik di sepanjang masa SMA-nya. Ia anggota tim futbol, mempertahankan ranking
yang bagus dan mendapatkan pujian pada tiap semesternya.
Ia ramah dan populer.
Menjelang akhir semester pertama di maktab (college)-nya, semuanya mulai
berubah. Joe tak lagi makan bersama dengan kawan-kawan, pada kenyataannya ia
mulai berkurung diri di dalam kamar. Ia mulai mengabaikan kesehatan pribadi dan
berhenti menghadiri kuliah. Joe mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan
harus membaca kalimat yang sama secara berulang-ulang. Ia mulai percaya bahwa
kata-kata dalam naskah buku memiliki makna yang khusus baginya dan dengan
sesuatu cara memberitahukan sebuah pesan untuk menjalankan sebuah misi rahasia.
Joe mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan telepon dan
komputernya untuk mengawasi kegiatannya. Joe menjadi takut jika kawan
sekamarnya tahu akan pesan dalam naskah buku dan kini mencoba untuk menipunya.
Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya, pada kenyataannya
siapapun yang ia lewati di aula atau di jalanan dapat mengatakan apapun yang ia
pikirkan. Saat Joe sedang sendirian di kamar, ia dapat mendengar bisikan mereka
yang ia percayai sedang mengawasinya. Ia tak dapat memastikan apa yang mereka
katakan tapi ia yakin bahwa mereka membicarakannya.
Contoh Kasus 6, Skizoprenia
Roger adalah pria
berusia 36 tahun yang memiliki riwayat panjang mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk melukai diri sendiri dan orang lain. Ia telah menuruti
suara-suara itu di masa yang lalu dan akibatnya ia harus menjalani pemenjaraan
karena telah mengancam seseorang dengan sebilah pisau. Ia juga takut dilukai
oleh musuh-musuhnya dan hal itu mengakibatkannya tidak tidur dengan tujuan
untuk melindungi dirinya sendiri. Roger secara aktif menggunakan alkohol, ganja
dan kokain untuk mengatasi gejala-gejalanya. Roger telah lama berhenti minum
obat dari dokternya karena pengalamannya akan ketidaknyamanan efek sampingnya.
Ia melaporkan bahwa ia merasa letih dan tidak dapat berhenti melangkah. Ia pada
mulanya mengalami pemulihan saat pertama kali menggunakan narkoba dan alkohol.
Tapi segera setelah itu ia menemukan bahwa semakin banyak ia menggunakan
narkoba dan alkohol semakin paranoid dan menjadi semakin waspada ia jadinya dan
gejala-gejalanya kembali menjadi parah. Kekhawatiran Roger akan melukai orang
lain dan ketakutan akan dilukai telah mengakibatkan dirinya memiliki rencana
untuk bunuh diri. Ia tak mampu untuk mengetahui kaitan antara obat dari
dokternya dan narkoba dengan pengendalian gejala dan pemburukan penyakitnya. Roger
juga harus berjuang melawan diabetes dan ketidakmapanan gula darah karena
kurang gizi dan penggunaan alkohol.
Contoh Kasus 7, Skizoprenia
Edward menghabiskan
waktunya sendirian di tempat tidur, jika ia bisa. Sebelum ia sakit, ia
menikmati waktunya bersama keluarganya atau bekerja. Kadangkala ia berpikir
masalah pekerjaan, dan kadang-kadang ia membuat rencana, namun ia nampaknya tak
pernah mencapai tahap wawancara atau kontrak kerja. Saat ia mengunjungi orang
tuanya mereka mencoba membujuknya untuk berbicara tentang masalah keluarga atau
politik. Edward tak banyak berkata-kata. Walaupun ia menolak dikatakan depresi,
dan ia mengungkapkan harapannya akan masa depan, ia hampir-hampir tak pernah
tersenyum dan benci untuk membereskan piring sisa makan atau membereskan tempat
tidurnya. Psikiater telah menanyainya tentang suara-suara, akan tetapi Edward
bersikukuh bahwa ia tak pernah mendengarnya. Saat ia dirawat di rumah sakit
untuk pertama kalinya, ia ingat, ia kesulitan untuk mempertahankan jalan
pikirannya, dan ia tahu ia bertingkah aneh karena polisi menangkapnya saat ia
keluyuran di jalanan ketika mengenakan pakaian menyelam. Tapi Edward tak dapat
mengingat kenapa dan nampaknya hal itu bukan lagi merupakan masalah baginya.
Seperti yang telah
digambarkan dalam contoh kasus di atas, skizofrenia adalah penyakit mental yang
memiliki rentang yang luas. Bahkan beberapa ahli meragukan bahwa penyakit ini
adalah gangguan yang tunggal. Fakta bahwa hanya ada satu kata untuk merujuk ke
sesuatu penyakit tidaklah berarti bahwa penyakit itu satu (Nancy C. Andreasen.
Schizophrenia: from Mind to Molecule. 1994).
Contoh Kasus 8 , Gangguan kepribadian Skizoid
John seorang pensiunan berusia 50tahun,
mencari penanganan selama beberapa minggu setelah anjingnya tertabrak dan mati.
John merasa sedih dan lelah. Ia menjadi sulit berkonssentrasi dan sulit tidur.
Ia tinggal sendiri dan lebih senang sendirian, membatasi kontak dengan orang
lain dan hanya mengatakan “halo” dan “apa kabar?” sambil terus berlalu. Ia
merasa percakapan social hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung bila
ada prang lain yang mencoba membina persahabatan dengannya. Meski ia hobi
membaca surat kabar dan tetap mengikuti perkembangan dari peristiwa terkini, ia
tidak memiliki minat yang nyata terhadap manusia. Ia bekerja sebagai penjaga
keamanan dan digambarkan rekan kerjanya sebagai “penyendiri” dan “ikan yang
dingin”. Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya, kerena
ia merasa dapat berbagi perasaan yang lebih sensitif dan lebih hangat daripada
ia berbagi dengan orang lain. Saat natal ia akan bertukar kado dengan
anjingnya, membeli hadiah untuk anjingnya dan membungkus sebotol scoth untuk
dirinya sendiri sebagai hadiah dari binatang tersebut. Satu-satunya peristiwa
yang membuatnya sedih adalah saat ia kehilangan anjingnya. Sebaliknya,
kehilangan orang tua nya tidak mampu membangkitkan suatu respon emosional. Ia
merasa dirinya berbeda dari orang lain dan bingung dengan adanya emosionalitas
yang ia lihat pada orang lain.
Contoh Kasus 9, GID
Sybil
adalah seorang gadis (berusia 37 tahun-an) yang mengalami perpecahan
kepribadian sejak kecil. Setelah seringkali mengalami black out / benar2 lupa
atas kejadian yang telah dialami, Sybil pun berobat ke psikiater, Dr Wilbur.
Dari sanalah diketahui bahwa didalam tubuh Sybil terdapat 16 “orang” yang lain
yang sering “mengambil alih” tubuh Sybil sehingga Sybil mengalami black out.
Mereka adalah: Clara, Helen, Marcia, Marjorie, Mary, Mike (laki-laki), Nancy
Lou Ann Baldwin, Peggy Ann Baldwin, Peggy Lou Baldwin, Ruthie, Sid (laki-laki),
Sybil Ann, Sybil Isabel Dorsett, Vanessa Gaile, Victoria Antoniette Shcarleu
(Vicky) dan pribadi terakhir yang tak diketahui namanya.
Semua pribadi yang sama sekali tidak diketahui sybil, seolah-olah merupakan
orang lain yang memakai raga sybil dan mereka ‘mengenal’ sybil dengan baik.
Personal-personal itu juga memiliki usia yang berbeda-beda, hobi berbeda,
Bahkan tingkat keyakinan terhadap agama yang berbeda. Pada saat diskusi dengan
Dr. Wilbur, personal-personal itu sering muncul dan menyebabkan sybil bertanya
kepada dokter, “apa yang telah saya lakukan?”. Personal-personal itu, dalam
dialog dengan Dr Wilbur juga sering merasa kasihan kepada Sybil , yang tidak
bisa marah, ceria dan bahkan menangis saat ia seharusnya melakukan sehingga
mereka sesekali merasa perlu muncul ke permukaan menggantikan peran Sybil.
Masing-masing personal itu benar-benar “menggantikan” peran sybil, sampai
kepada hafalan perkalian, kemampuan menyanyi,seni menggambar dlsb sehingga
membuat orang2 disekitarnya merasa heran kenapa Sybil yang kemarin begitu hafal
perkalian, ceria, tenang dan cerdas dan tanpa sebab mendadak melupakan semuanya
dan menjadi seorang pemurung atau seseorang yang pemarah atau bahkan
kekanak-kanakan .
Setelah Sybil ,yang
kehadirannya diwakili oleh personal yang lain, menjalani psikoanalisa oleh Dr
Wilbur, ditemukanlah trigger-trigger mengapa kepribadiannya pecah. Sybil
mendapat siksaan yang luar biasa dari sang ibu , yang mengidap schizoprenia,
sejak kecil tanpa pencegahan dari sang ayah sedikitpun. Hal itu, secara tidak
langsung membuat sybil tidak mampu mengungkapkan kemarahan, kesedihan dan
emosinya. Selain itu, nilai2 yang dianut secara ketat oleh orangtua sybil,
namun kadang dinafikkan secara vulgar dihadapan sybil juga menjadi salah satu
pemicu munculnya personal-personal lain dalam dirinya, personal-personal yang
tidak terima akan penerimaan sybil terhadap lingkungan yang menekan dan
mengabaikan dirinya.
Akhirnya setelah 11
tahun melakukan psikoanalisa, Dr. Wilbur berusaha menyamakan usia seluruh
personal melalui hipnotis dan berusaha meyakinkan sybil untuk memenuhi
keinginan-keinginan masing2 personal. Seperti kenyataan bahwa sybil sangat
membenci ibunya yang telah menyiksanya, yang dinafikkan oleh Sybil karena norma
mengatakan bahwa seorang anak tidak boleh membenci ibunya. Dan Sybil yang
sebelumnya tidak bisa marah, tidak bisa menangis pun akhirnya bisa
mengungkapkan emosi-emosinya. Hal ini pun berhasil membuat personal-personal
lain untuk menerima kondisi sybil, seperti Vicky yang sebelumnya selalu
berharap ibunya akan datang menjemputnya dari Paris, akhirnya mengakui bahwa Hattie Dorsett / Ibu Sybil adalah
ibunya juga. Perlahan-lahan, trauma-trauma lain dibuka dan pada akhirnya Sybil
pun berhasil mengungkapkan emosinya dan berhasil menolak penekanan-penekanan
terhadap dirinya. Dan seiring waktu berlalu, semakin banyak personal yang
menyatukan diri sebagai Sybil sehingga Sybil pun menjadi Sybil yang satu.
Contoh kasus 10, Phobia
Kecoa
Anak saya Kinanty, 9 tahun, sangat takut dengan kecoa,
kalau Ia sedang ke dapur dan melihat kecoa ia langsung ngibrit lari dan
memanggil mbaaaaaahhhh…ada kecoaaaaaa. Begitupun bila Ia mendapati kecoa di
kamar mandi Ia langsung lari. Pengalaman itu membuat Ia takut bila ingin
mengambil piring ke dapur atau ke kamar mandi.
Saya coba lakukan tapping pada anak saya terhadap rasa
takut pada kecoa. Saya memintanya untuk mengikuti setup word yang saya ucapkan
dan memintanya membayangkan kecoa ketika saya tapping. Satu putaran tidak
membuat hilang takutnya pada kecoa. Saya ketahui ini ketika saya memintanya
untuk membayangkan kecoa dan Ia mengatakan masih takut. Lalu saya coba gali
lebih spesifik dengan menanyakan pengalaman dengan kecoa yang pernah Ia alami.
Anak saya mengatakan takut bila melihat kecoa terbang. Lalu saya lakukan
tapping dengan aspek tersebut. Setelah itu saya meminta Ia membayangkan kembali
kecoa yang terbang tapi ia mengatakan masih takut. Saya tanyakan kembali hal
apa yang diingat ketika ia takut melihat kecoa, Anak saya mengatakan ia takut
dengan sayap kecoa ketika terbang. Lalu saya tapping dengan aspek tersebut.
Setelah tapping dengan versi sortcut saya meminta anak saya membanyangkan
kembali. Tapi ia masih merasa takut. Kemudian saya mencoba gali kembali
pengalaman yang lalu. Kali ini anak saya mengatakan dulu sewaktu ia mencuci
piring pernah dihinggapi oleh kecoa. Lalu saya kembali melakukan tapping dengan
aspek ini. Setelah saya meminta membayangkan peristiwa itu kembali ia
mengatakan kini ia tidak takut lagi pada kecoa. Saya mendapati bukti bahwa anak
saya sudah hilang takut pada kecoanya dari laporan ibu saya yang mengatakan
bahwa anak saya sudah tidak lari ataupun bereakti ketika ada kecoa di dapur dan
kamar mandi.
Contoh kasus 11, Takut pada
kegelapan
Seorang pasien
menghubungi saya untuk meminta diterapi. Ia mengatakan mengalami rasa takut
bila ingin ke kamar mandi. Saya katakan padanya bahwa ia mengalami fear of
darkness atau rasa takut di tempat gelap. Ia mengatakan bahwa ia merasa
seolah-olah akan diserang oleh seseorang di rumahnya sendiri, terutama ketika
ia ingin pergi ke kamar mandi. Ia tidak dapat tidur dan merasa kawatir bila
tidur dengan kondisi lampu mati. Dan bila ia ingin ke kamar mandi semua lampu
di rumah harus menyala. Atau kalau tidak ia akan memilih untuk tetap di kamar
tidurnya dan menjalani malamnya dengan penderitaan. Saya hanya melakukan satu
kali sesi dengan empat putaran untuk masalah fear of darknessnya. Saya lakukan
tapping pada bebeapa masalah emosional yang menjadi penyebabnya. secara
keseluruhan sesi terapi hanya memakan waktu kurang dari satu jam dan kini pasien
berani pergi ke kamar mandi kapanpun ia mau tanpa harus menyalakan semua lampu
di rumah. Berhati-hatilan dengan segala informasi yang masuk kepada anda,
mungkin itu bisa berbentuk iklan atau berita kekerasan di TV, cerita dari
seseorang, dll. Karena bila sistim keyakinan anda memecayainya, anda akan
mengalami keadaan seperti yang anda takutkan. Hal itu akan membuat anda
menderita. Dan akan diperparah lagi bila anda mencoba mengatasi masalah anda
dengan obat penenang. Selain anda akan tergantung dengan obat itu, pemakaian
jangka panjang akan mengganggu daya ingat anda.